Banyak dari kita mengatakan:
“Aku beribadah dan mengerjakan amal ketaatan.
Aku membaca al-Quran seperti orang terdahulu membacanya.
Aku berpuasa seperti orang terdahulu berpuasa.
Aku mendirikan salat seperti mereka mendirikan salat.
Aku bersedekah seperti mereka sedekah.
Namun, aku tidak merasakan dalam hatiku apa yang mereka rasakan.
Aku tidak mendapati dalam jiwaku
kelezatan yang mereka ceritakan.”
Aku katakan bahwa ibadahnya memang sama,
akan tetapi rahasianya yang berbeda-beda.
Salah satu rahasia terbesar yang membuat
seseorang memperoleh kelezatan agung ini ketika melakukan ketaatan
adalah dengan seseorang berusaha melakukan ibadah-ibadah tersembunyi.
Barang siapa yang melakukan ibadah tersembunyi,
ia akan merasakan manisnya iman.
Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
sebagaimana termaktub dalam hadis Ibnu Masʿud dalam kitab Imam Ahmad dan al-Hakim,
di mana beliau Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barang siapa meninggalkan pandangan terhadap sesuatu yang Allah haramkan
karena menginginkan apa yang ada di sisi Allah ʿAzza wa Jalla,
maka Allah akan meletakkan dalam hatinya manisnya iman.”
Jadi, manisnya iman bisa Anda peroleh dengan ibadah tersembunyi.
Termasuk ibadah yang tersembunyi adalah tidak melihat sesuatu yang haram,
karena memandang sesuatu yang haram tidak akan diketahui
kecuali oleh orang yang memandangnya, sedangkan yang lainnya tidak.
Anda dan teman Anda sedang berjalan di jalan,
lalu Anda melihat sesuatu, sedangkan teman Anda tidak mengetahui
bahwa Anda sedang melihatnya.
Oleh karena itu, menjaga pandangan adalah sebab pasti
dan salah satu sebab untuk mendapatkan lezatnya ibadah.
Inilah makna ayat yang kami sebutkan tadi
dalam firman Allah ʿAzza wa Jalla,
“Dia mengetahui (pandangan) mata yang khianat dan apa yang tersembunyi dalam dada.” (QS. Ghafir: 19)
Keduanya adalah amal tersembunyi.
Di antara sebab … atau bentuk ibadah yang tersembunyi
adalah membayar zakat.
Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Nabi Ṣallallāhu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Tiga perkara yang apabila lakukan,
niscaya ia akan merasakan manisnya iman, …”
lalu beliau menyebutkan salah satunya, “… tidak mengeluarkan yang cacat dan yang jelek, …”
“… dia tunaikan zakat hartanya
dengan tidak mengeluarkan yang cacat dan yang jelek.”
Hal ini karena zakat tidak bisa diketahui berapa jumlahnya,
besarannya, dan nilainya jika ditakar,
kecuali oleh pemiliknya, dan tentu sebelumnya diketahui Allah ʿAzza wa Jalla.
Jadi, ini termasuk ibadah yang tersembunyi.
Termasuk ibadah tersembunyi adalah puasa.
Saudara-saudara, puasa adalah ibadah rahasia.
Percayalah, walaupun semua penduduk bumi melihat Anda,
tapi pasti ada waktu-waktu tertentu ketika Anda puasa
di mana tidak ada yang melihat Anda kecuali Tuhan Anda Jalla wa ʿAlā.
Walaupun dilihat, pasti ada waktunya seseorang sendiri di siang hari.
Meskipun dilihat, pasti ada waktunya dia tidak terlihat oleh mata orang-orang
yang membersamainya di siang hari.
Itulah kenapa puasa termasuk ibadah rahasia.
“… kecuali puasa, karena ia adalah untuk-Ku
dan Aku sendiri yang membalasnya.” (HR. Bukhari dan Muslim)
====
كَثِيرٌ مِنَّا يَقُولُ
أَفْعَلُ الْعِبَادَاتِ وَأَفْعَلُ الطَّاعَاتِ
أَقَرَأُ كَمَا يَقْرَأُ الْأَوَائِلُ
وَأَصُومُ كَمَا يَصُومُ الْأَوَائِلُ
وَأَقُومُ كَمَا يَقُومُونَ
وَأَتَصَدَّقُ كَمَا يَتَصَدَّقُونَ
لَكِنْ لَا أَجِدُ فِي قَلْبِي مَا يَجِدُونَ
وَلَا أَجِدُ فِي نَفْسِي
هَذِهِ اللَّذَّةَ الَّتِي يَذْكُرُونَ
أَقُولُ الْعِبَادَةُ وَاحِدَةٌ
وَلَكِنَّ الأَسْرَارَ فِيهَا مُخْتَلِفَةٌ
مِنْ أَعْظَمِ الْأَسْرَارِ الَّتِي تَجْعَلُ
الْمَرْءَ يَكْتَسِبُ هَذِهِ اللَّذَّةَ الْعَظِيمَةَ فِي الطَّاعَةِ
هُوَ أَنْ يُعْنَى الْمَرْءُ بِعِبَادَاتِ السِّرِّ
مَنْ عُنِيَ بِعِبَادَةِ السِّرِّ
وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ
يَقُولُ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
فِيمَا جَاءَ فِي حَدِيثِ ابْنِ مَسْعُودٍ عِنْدَ أَحْمَدَ وَالْحَاكِمِ
قَالَ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
مَنْ تَرَكَ النَّظَرَ إِلَى مَا حَرَّمَ اللهُ
ابْتِغَاءَ مَا عِنْدَ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
أَعْقَبَ اللهُ فِي قَلْبِهِ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ
حَلَاوَةُ الْإِيمَانِ تَكْتَسِبُ بِعِبَادَةِ السِّرِّ
مِنْ عِبَادَةِ السِّرِّ الْكَفُّ عَنْ نَظَرِ الْحَرَامِ
لِأَنَّ النَّظَرَ إِلَى الْحَرَامِ لَا يَعْلَمُ بِهِ
إِلَّا النَّاظِرُ دُونَ مَنْ عَدَاهُ
تَمْشِي أَنْتَ وَصَاحِبُكَ فِي طَرِيقٍ
فَتَنْظُرُ لِأَمْرٍ لَا يَعْلَمُ صَاحِبُكَ
أَنَّكَ تَنْظُرُ إِلَيْهِ
لِذَا كَانَ النَّظَرُ سَبَبًا مُوجِبًا
وَسَبَبًا مِنْ أَسْبَابِ اكْتِسَابِ لَذَّةِ الْعِبَادَاتِ
وَهَذَا مَعْنَى الْآيَةِ ذَكَرْنَاهَا قَبْلَ قَلِيلٍ
فِي قَوْلِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ
يَعْلَمُ خَائِنَةَ الْأَعْيُنِ وَمَا تُخْفِي الصُّدُورُ
وَكِلَاهُمَا مِنَ السِّرِّ
مِنْ أَسْبَابِ عِبَادَةٍ… مِنْ أَنْوَاعِ عِبَادَاتِ السِّرِّ
إِخْرَاجُ الزَّكَاةِ
عِنْدَ ابْنِ مَاجَه أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
ثَلَاثٌ مَنْ فَعَلَهُنَّ
وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ
وَذَكَرَ مِنْهَا: وَلَمْ يُخْرِجِ الْمَرِيضَةَ وَلَا ذَاتَ الشَّرْطِ
وَأَدَّى زَكَاةَ مَالِهِ
وَلَمْ يُخْرِجِ الْمَرِيضَةَ وَلَا ذَاتَ الشَّرْطِ
لِأَنَّ الزَّكَاةَ لَا يُعْلَمُ مِقْدَارُهَا
وَلَا عَدَدُهَا وَلَا قِيمَةُ مَا يُقَوَّمُ مِنْهَا
إِلَّا صَاحِبُهَا وَاللهُ عَزَّ وَجَلَّ قَبْلَهُ
فَهِيَ مِنْ عِبَادَاتِ السِّرِّ
مِنْ عِبَادَاتِ السِّرِّ الصَّوْمُ
هَذَا الصَّوْمُ أَيَّهَا الْإِخْوَةُ عِبَادَةُ السِّرِّ
صَدِّقْنِي لَوِ اطَّلَعَ عَلَيْكَ أَهْلُ الْأَرْضِ جَمِيعًا
لَا بُدَّ أَنْ تَكُونَ فِي لَحْظَةٍ مِنْ لَحَظَاتِ صَوْمِكَ
لَا يَطَّلِعُ عَلَيْكَ إِلَّا رَبُّكَ جَلَّ وَعَلَا
لَا بُدَّ أَنْ تَكُونَ الْمَرْئِيُّ خَلْوَةٌ فِي نَهَارِهِ
لَا بُدَّ أَنْ يَكُونَ الْمَرْئِيُّ غَيْبَةٌ عَنْ عَيْنَيِ مَنْ
يُرَاقِبُهُ فِي نَهَارِهِ
لِذَا كَانَ الصَّومُ مِنْ عِبَادَةِ السِّرِّ
إِلَّا الصَّومَ فَإِنَّهُ لِيْ
وَأَنَا أَجْزِيْ بِهِ